Rabu, 24 Desember 2014

Tiga Sisi Tampilan Dajjal (2)

dajjal
Dajjal memiliki tiga sisi. Dajjal sebagai oknum. Dajjal sebagai gejala sosial budaya global. Dajjal sebagai kekuatan gaib.
Jelaslah bahwa sebelum si Dajjal sendiri muncul, harus tersedia sistem yang mapan beserta para pengurusnya, yang siap mendukung dan menaati Dajjal. Keberadaan sistem dan para pengurusnya itu, merupakan bukti dari Dajjal sebagai gejala sosial budaya global dan Dajjal sebagai kekuatan gaib. Dilihat dari semua pertanda yang nampak dewasa ini, kedua sisi Dajjal tersebut – yang akan dijelmakan oleh si Dajjal sendiri – sudah sangat kentara, ini berarti kemunculan Dajjal sudah sangat dekat.
Di antara perincian tentang Dajjal dalam kitab-kitab hadits, kita akan menemukan: Dajjal bermata satu, bagaikan anggur mengambang. Dajjal dapat didengar di seluruh dunia pada satu saat yang sama. Dajjal bisa menampilkan api padamu, tapi tidak akan membakarmu. Dajjal bisa menampilkan air padamu, tapi anda tak bisa meminumnya, Dajjal akan bicara tentang Taman[1], tetapi menggambarkannya seperti Api[2]. Dajjal akan bicara tentang Api, tetapi menggambarkannya seperti Taman. Semua perincian di atas cocok dengan ciri-ciri sistem media massa dan teknik komunikasi masa kini, khususnya dalam hal bagaimana sistem dan teknik itu biasa digunakan.
Hadits juga menyebutkan bahwa Dajjal bermata banyak di kedua sisinya, dan berkeliling dunia dengan lompatan-lompatan raksasa. Gambaran ini cocok dengan ciri-ciri alat transportasi massa, masa kini. Ada juga keterangan bahwa di dahi Dajjal tertera huruf KFR. Sebagian pesawat jet tempur Israel bertuliskan huruf-huruf KFR di moncongnya.
KFR adalah huruf-huruf akar dari kata bahasa Arab: kufr atau kafir. Kufr artinya menutupi dan mengingkari. Kafir adalah seseorang yang menutupi hakikat kehidupan – bahwa tiada tuhan selain Allah – dan yang ingkar kepada para nabi yang diutus Allah untuk memberi teladan pada manusia tentang bagaimana cara hidup yang selaras dengan diri sendiri dan selaras dengan perkara di luar dirinya, serta bagaimana cara mengenal dan mengabdi kepada Allah.
Ketika Nabi Muhammad saw bersabda bahwa hendaknya kita mencari ilmu hingga ke negeri Cina[3], beliau bermaksud pada ilmu mengenal Allah, atau setidaknya ilmu-ilmu yang akan mengarahkan kita kepada ilmu mengenal Allah.
Jika ilmu anda tidak berasal dari ketakwaan[4] kepada Allah, berarti anda telah tertipu. Bertakwalah kepada Allah, maka Allah akan memberi anda ilmu. Seorang kafir mengingkari ini. Dengan demikian seorang kafir sangat bertolak belakang dengan seorang mu’min.
Seorang mu’min adalah seorang muslim yang terang-terangan mengakui hakikat kehidupan, sekaligus menerima dan mengikuti teladan dan ajaran Nabi Muhammad saw: Nabi terakhir yang diutus Allah sebelum kiamat.
Jelaslah bahwa sistem kafir dan kafirun[5] yang menguasai dan meyakini sistem itu, tidak lain adalah perwujudan Dajjal sebagai gejala sosial budaya global dan Dajjal sebagai kekuatan gaib. Sedangkan si Dajjal sendiri akan menjadi puncak penjelmaan dari sistem kafir, gembongnya kafir, maka tak pelak ketika muncul dia akan dinobatkan sebagai pemimpin sistem kafir oleh para kafirun yang menjalankannya. Nabi Muhammad saw bersabda bahwa kufr adalah sebuah sistem. Sistem kafir adalah Dajjal. Maka nyatalah bahwa ketiga sisi Dajjal itu berkaitan dan bersenyawa. Dajjal.
Begitu pula halnya dengan Mahdi, ketika datang ia akan menjadi puncak penjelmaan Islam, yaitu jalannya Nabi Muhammad, tetapi harus segera diingat bahwa ia dibanding Nabi Muhammad saw adalah seumpama setetes air dibanding samudera. Dengan demikian, tak pelak lagi Mahdi akan dikenali dan diterima sebagai pemimpin oleh seluruh Muslim sejati. Nabi Muhammad bersabda bahwa seluruh Muslimin adalah satu tubuh.
Kufr memerangi Islam. Islam memerangi Kufr. Sudah jelas dari hadits bahwa Dajjal akan melawan Mahdi. Mahdi akan melawan Dajjal. Nabi ‘Isa as, yang tak disalib tetapi digaibkan oleh Allah dari dunia ini – dan seseorang yang mirip dengan beliau disalib menggantikannya – ketika turun lagi ke bumi ini, akan membinasakan Dajjal beserta seluruh pengikutnya.
Dajjal sudah banyak dibahas dalam naskah-naskah kuno. Beberapa ramalan yang berkaitan dengan Dajjal dapat ditemukan di Bibel[6], di the Book of Revelations karangan John, dan pada naskah-naskah Nostradamus [7]. Banyak orang telah berulangkali mencoba menafsirkan ramalan-ramalan itu, dan menghubungkannya dengan kejadian-kejadian yang berlaku pada masa para penafsir masing-masing. Dalam aneka ramalan dan ulasan-ulasannya, Dajjal biasanya disimpulkan sebagai “si AntiKristus” – begitu pula menurut tafsiran bebas beberapa film dan video belakangan ini.
Tidak diketahui bagaimanakah keandalan dan ketepatan semua ramalan, ulasan, maupun penafsiran-penafsirannya yang terbaru. Boleh jadi sebagian berasal dari jin.
Jin terbuat dari api tak berasap. Mereka bisa melihat kita. Dan hanya beberapa dari kita yang bisa melihat mereka. Manusia terbuat dari tanah dan air. Malaikat terbuat dari cahaya murni. Malaikat tak bisa berbuat salah. Mereka tidak makan, tidak tidur, dan tidak berketurunan, Mereka terus memuji Allah. Mereka adalah perangkat penyelenggara jalannya proses kehidupan. Adapun jin, seperti manusia, bisa berbuat benar dan salah. Ada yang muslim, ada yang kafir dan ada yang munafik, yaitu yang mengaku muslim padahal hakikatnya kafir. Jin[8] sering berkomunikasi dengan manusia, dan dari pengetahuan mereka tentang kegaiban, mereka bisa mengabarkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi di masa depan. Jin sering dimanfaatkan oleh para peramal dan tukang sihir.
Jelaslah, bila naskah-naskah karangan John atau Nostradamus dipengaruhi atau datang dari jin iseng atau jin jahat, maka tidak semua keterangan mereka bisa diandalkan. Masalahnya adalah sebagian besar dari para jin – yang akrab dengan penyihir dan yang sering berkomunikasi melalui cenayang[9] – dalam menyampaikan satu kebenaran, menambahkan beberapa yang setengah benar dan beberapa yang sama sekali dusta. Dengan adanya unsur ketidakpastian dan kesalahan ini, maka satu-satunya cara untuk membuktikan kebenaran ramalan-ramalan John maupun Nostradamus adalah jika apa yang dikabarkannya cocok dengan yang terjadi.
Sejauh mana keandalan sebuah catatan, maka tentu hanya hadits yang mengandung perincian terandal mengenai Dajjal, dan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi sebelum maupun sesudah kemunculannya – asalkan hadits itu memiliki isnad yang terpercaya, isnad adalah rantai penyebaran berita yang terpercaya, dari orang yang langsung melihat dan mendengar apa yang dikatakan atau dilakukan Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang ingat apa yang riwayatkan oleh orang pertama tadi, sampai kepada orang yang kemudian menuliskan apa yang mereka semua ingat.
Hadits-hadits hanya bisa diakui setelah kandungan dan isnad-isnadnya diperiksa dengan sangat teliti dan disahkan oleh para ulama yang mengumpulkannya. Ini berbeda dengan aneka versi Bibel masa kini, yang seluruh isinya tidak bisa dibuktikan keasliannya dengan cara yang sama, akibatnya banyak isi Bibel yang bisa saja berasal dari sumber-sumber yang tak terpercaya, dan mutlak tak bisa dikaitkan lagi dengan para Nabi yang konon perkataan dan perilakunya direkam di Bibel.
Qur’an merupakan wahyu langsung dari Allah kepada Muhammad saw melalui Malaikat Jibril, Qur’an dihafal dalam hati dan ditulis persis seperti ketika diturunkan. bahkan Qur’an lebih terpercaya daripada hadits yang shahih. Dalam Qur’an Allah menegaskan bahwa kaum Yahudi dan kaum Kristen telah merubah dan mengganti ajaran asli para Nabinya as, dan banyaknya pertentangan dan ketidaksesuaian dalam Bibel merupakan bukti yang tidak dapat disangkal.
Nabi Muhammad saw bersabda, bahwa ilmu adalah milik mu’min yang hilang, yang bisa diambil dimana pun ilmu itu ditemukannya. Mu’min adalah muslim yang tidak saja percaya pada Allah, tapi juga sungguh-sungguh yakin kepada Allah dalam segala perilaku kesehariannya. Muslim percaya pada Allah, namun mereka masih mengandalkan kemampuan dirinya. Mu’min menggantungkan keberhasilannya pada Allah. Muhsin adalah muslim yang yakin hanya ada Allah, berarti mustahil bergantung pada selain Allah. Muslim, mu’min dan muhsin semuanya Muslim, namun mereka dikaruniai derajat ilmu pengenalan Allah yang berbeda. Mereka yang paling takwa pada Allah, adalah mereka yang paling banyak memperoleh ilmu mengenal Allah. Nabi Muhammad saw bersabda bahwa tak ada yang lebih takwa kepada Allah sebagaimana beliau.
Ilmu pengenalan Allah akan datang pada mereka yang mensucikan hatinya atas rahmatNya. Ketika hati menjadi bening dan tenang, maka bertambahlah ilmu di hati. Ilmu semacam ini bermula ketika ilmu yang tertulis berakhir. Bagi mereka yang berhati bening, segala pertanda yang ada pada dirinya dan kawasannya – yang sebenarnya sama saja – dapat dikenali dan dipahaminya, maka bagi mereka, pertanda Dajjal sebagai gejala sosial budaya global dan Dajjal sebagai kekuatan gaib akan terlihat dengan gamblang, dan apa pun yang mereka alami akan menegaskan dan menguatkan ilmu yang tertulis.
Mu’min adalah muslim yang yakin pada Allah. Sebagian dari keyakinan itu adalah yakin pada orang lain, yakin pada diri sendiri, yakin pada pengalamannya, dan yakin pada penafsirannya atas apa yang terjadi pada dirinya dan kawasannya. Keyakinan tersebut menjadi utuh ketika seseorang mengenal dirinya sendiri, karena barang siapa mengenal dirinya maka dia akan mengenal Rabbnya, dan barang siapa mengenal Rabbnya akan mengetahui apa yang datang dari Rabbnya, yaitu kehidupan, semesta dan segala isinya – dan tak ada satu pun yang berbentuk maupun tak berbentuk, yang aktual maupun konseptual, yang bisa diserupakan dengan Allah. Siapa pun yang berkeyakinan dan berpengetahuan seperti itu adalah muhsin.
Membaca tak sama dengan menyaksikan. Persaksian adalah penegasan yang lebih kuat daripada bacaan. Buku-buku hanya dapat mengingatkanmu pada apa yang telah dirasakan, pada apa yang belum terasa atau pada apa saja yang bisa dirasakan. Jadi yang terpenting adalah merasakan, bukan rekaman rasa – apapun ragamnya – baik audio atau visual, di kertas atau plastik, pada logam maupun seluloid. Menyaksikan berarti mengetahui, tetapi ada beragam persaksian dan beragam pemahaman. (Bersambung)



[1] Terjemahan langsung dan Jannah, biasa disebut “surga”, sengaja diganti dengan Taman karena selain lebih sesuai dengan penggambaran yang ada di al-Qur’an dan as-Sunnah. juga Karena surga sering direka-reka penggambarannya – misalnya di kamus-kamus. ensiklopedi ataupun pada pembicaraan umum, bahkan banyak Muslim yang punya interpetasi sendiri mengenainya, maka tentu lebih baik memperoleh keterangan-keterangan mengenainya dari al-Qur‟an dan al-Hadits. Penulis buku ini pun sengaja menggunakan the Garden (b. Inggris).
[2] Terjemahan dari Nar. biasa disebut “neraka”. ibid. Penulis pun menggunakan the Fire
[3] Mayoritas ulama pakar hadits menilai bahwa hadits ini adalah hadits dho‟if (lemah)
[4] Diambil dan kata bahasa Arab taqwa. terkadang diartikan sebagai takut (b. Indonesia) atau fear (b Inggris). Takwa menggambarkan cinta kasih dan hormat yang amat dalam hingga khawatir menyinggung atau khawatir tidak dikasihi oleh yang dicintai dan dihormati itu
[5] Kafirun adalah jamak dari kafir, yaitu: para kafir; orang-orang kafir.
[6] Karena kitab yang kini ada di kalangan beragama Katolik, Protestan maupun cabang-cabang Kristen lainnya bukan Injil yang diturunkan kepada Nabi ‘Isa as, dan kitab “perjanjian lama” bukan Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa as. dan istilah “Alkitab” diragukan arti dan maksud tujuan penggunaannya, maka Bibel digunakan sebagai terjemah dari Bible.
[7] “Buku Wahyu-wahyu” karangan John, Ia sering juga disebut sebagai John the Baptist. Nostradamus adalah seorang astrolog dan tabib perancis abad 16, la menjadi terkenal sejak tulisannya berjudul Centuries (abad-abad) yang berisi ramalan-ramalan mengenai masa depan Perancis dan Dunia. Ramalannya banyak yang dikait-kaitkan dengan kejadian-kejadian nyata.
[8] Selain keterangan di atas, perlu kita ingat juga bahwa di antara jin ada yang pengikutnya syaithan. dan kita senantiasa berlindung kepada Allah dari para syaithan yang terkutuk.
[9] Terjemah dari medium, yaitu orang yang biasa digunakan jin sebagai penyampai kabarnya.

Dinukil dari buku “Dajjal the AntiChrist” karangan Syekh Ahmad Thomson
Ahmad Thomson

Tidak ada komentar:

Posting Komentar