Kamis, 25 Desember 2014

Jejak Iskandar Muda, dari Puncak Keemasan hingga Meredupnya Kerajaan

SULTAN Iskandar Muda berkuasa di Aceh sejak 1607 sampai 1636. Aceh mencapai puncak gemilang pada masa kepemimpinannya. Hal ini dapat dilihat dari daerah kekuasaannya yang semakin besar dan reputasi internasional sebagai pusat dari perdagangan dan pembelajaran tentang Islam.
Dari pihak leluhur ibu, Iskandar Muda keturunan dari Raja Darul Kamal. Sedangkan dari pihak leluhur ayah merupakan keturunan dari keluarga Raja Makota Alam.
Ibunya bernama Putri Raja Indra Bangsa, yang juga dinamai Paduka Syah Alam. Indra Bangsa anak dari Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh ke-10.
Seperti dikutip buku "Singa Atjeh (Biographi Seri Sulthan Iskandar Muda)" yang ditulis H.M. Zainuddin, Sultan lskandar Muda lahir pada tahun 1593. Pada masa bayinya sering disebut Tun Pangkat Darma Wangsa.
Ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga istana. Sejak  kecil, ia telah mengetahui seluk-beluk kehidupan adat dan tata krama dalam istana. Baik menyangkut tentang sopan santun antaranggota keluarga raja, etika dalam urusan penyambutan tamu, dan lain sebaginya.
Sejak usia empat tahun, Iskandar kecil telah diajarkan berbagai ilmu pengetahuan, khususnya agama. ia diajarkan langsung oleh seorang ulama. Selain dia, juga diikutsertakan teman-temannya yang lain untuk belajar bersamanya.
Ketika usianya mencapai baligh, ayahnya menyerahkan Iskandar Muda bersama beberapa orang budak pengiringnya kepada Teungku di Bitai.
Ulama ini keturunan Arab dari Baitul Mukadis yang sangat menguasai Ilmu Falak dan Ilmu Firasat. Dari ulama ini, secara khusus Iskandar Muda mempelajari Ilmu Nahu. Melihat kecerdasan, ketekunan, kemuliaan sikap, dan tingkah laku lskandar Muda telah menjadikannya sebagai salah seorang murid yang paling disayangi oleh Teungku di Bitai.
Karena itu, pada suatu hari gurunya diilhami untuk memberikan satu nama kebesaran kepadanya dengan gelar Tun Pangkat Peurkasa Syah. Semenjak saat itu, panggilan Peurkasa terhadap Iskandar Muda yang masih muda belia semakin populer. Bukan hanya di kalangan istana saja, tetapi terkenal hingga ke pelosok negeri.
Sultan Iskandar Muda menjadi raja pada awal April 1607. Ia lalu menikah dengan putri dari Kesultanan Pahang, yang kemudian dijuluki dengan nama Putroe Phang. Konon, karena terlalu cintanya sang sultan pada istrinya, ia memerintahkan pembangunan Gunongan di tengah Medan Khayali (Taman Istana) sebagai tanda cintanya. Kabarnya, sang puteri selalu sedih karena memendam rindu yang amat sangat terhadap kampung halamannya yang berbukit-bukit.
Oleh karena itu, sultan membangun Gunongan untuk mengobati rindu sang puteri. Hingga saat ini Gunongan masih dapat disaksikan dan dikunjungi.
Ada beberapa kebijakan yang diterapkan Iskandar Muda pada  berbagai bidang yang membuat kerajaan Aceh saat itu berjaya. Pertama, bidang perekonomian. Iskandar Muda  mengontrol serta memegang kendali dalam produksi beras. Sehingga pada saat itu, Kerajaan Aceh Darussalam merupakan pengekspor beras keluar wilayah.
Dalam referensi yang lain juga disebutkan, Iskandar pun memperketat pajak kelautan bagi kapal-kapal asing yang berlabuh dan singgah di daratan kekuasaannya.
Kedua, kebijakan di bidang hukum. Karena rakyat Aceh terdiri dan beberapa kaum dan sukee, maka Sultan Iskandar Muda mengangkat dan menetapkan pimpinan adat pada masing-masing kelompok sukee yang ada.
Selain untuk menyatukan mereka, pengangkatan pimpinan adat ini juga untuk mempermudah penerapan berbagai program pemerintahannya.
Untuk menjamin langgengnya kerajaan Aceh di bawah panji-panji persatuan, kedamaian, dan kemakmuran, Sultan Iskandar Muda kemudian menyusun tata negara atas empat bagian. Keempat bagian tersebut, yakni urusan adat, hukum, reusam (pertahanan dan keamanan), qanun dan majelis adab.
Ketiga, bidang pertahanan. Dalam hal kemiliteran, Iskandar Muda membangun angkatan perang yang sangat kuat.
Beaulieu, seorang peneliti yang berada di Kerajaan Aceh  Darussalam pada masa itu, membuat catatan tentang kemiliteran Aceh yang terdiri dari beberapa angkatan. Angkatan tersebut yakni, angkatan darat yang memiliki personel 40 ribu bentara dan armada laut yang diperkirakan memiliki 100-200 kapal dengan kapasitas awak kapal 300-600 penumpang. Selain itu, kapal juga dilengkapi tiga meriam.
Dengan sistem kemiliteran kerajaan yang begitu canggih, banyak kemajuan dan keberhasilan yang diperoleh pada bidang pertahanan.
Keberhasilan tersebut yakni penaklukan Kerajaan Johor pada tahun 1613, Kerajaan Pahang (1618), Kerajaan Kedah (1619), serta Kerajaan Tuah (1620).
Iskandar Muda wafat pada 27 Desember 1636. Setelah ia meninggal, Kerajaan Aceh Darusalam kian redup. Hal itu berdampak pada kemelut politik yang terus-menerus melanda kerajaan tersebut.[] DARI BERBAGAI SUMBER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar